Ternyata
orang yang tanpa sadar mencium wangi manis berlemak cenderung memilih makanan
penutup berkalori tinggi.
Saat jalan-jalan dekat toko roti, kita sering
tergoda untuk membeli setelah mencium harumnya roti yang baru selesai dioven.
Riset baru membuktikan, ketika kita mencium bau manis dan berlemak, kita memang
jadi ingin menyantap makanan berkalori tinggi itu.
Dalam studi baru yang diterbitkan di jurnal Appetite, peneliti
menguji apakah isyarat latar belakang seperti mencium wangi enak berpengaruh
pada pilihan makanan seseorang. Sebelum 147 orang yang terlibat dalam studi
menyadari eksperimen sudah dimulai, mereka diminta duduk di ruang tunggu selama
15 menit. Dalam satu kelompok kontrol, mereka hanya duduk di ruang biasa. Pada
kelompok lain, mereka duduk di ruang di mana peneliti baru saja
memanggang pain au chocolat dan mengaktifkan penyemprot
wewangian dengan bau makanan.
Kelompok peserta ketiga duduk di dalam ruangan tak berpengharum sementara
radio menyiarkan tentang bahaya makanan berlemak dan manis. Kelompok terakhir
mendapatkan wangi cokelat dan pesan audio.
Kemudian mereka dibawa ke ruangan lain di mana mereka diminta menyediakan
sendiri makan siang dari hidangan pembuka, hidangan utama dan penutup dari meja
prasmanan. Ternyata orang yang tanpa sadar mencium wangi manis berlemak pain
au chocolat cenderung memilih makanan penutup berkalori tinggi
seperti waffle, dibandingkan dengan mereka yang tak terpapar
bau makanan. Mereka yang tak mencium wangi makanan itu lebih memilih hidangan
penutup rendah kalori seperti applesauce.
Cukup mengejutkan para peneliti, mereka yang mendengar pesan gizi juga
memilih hidangan penutup kalori tinggi seperti kelompok yang mencium wangi dan
mendapat pesan gizi. "Kami berasumsi mereka yang menghadapi pesan
kesehatan kompleks dan banyak tidak memperhatikan pesan-pesan tersebut,"
tulis para peneliti.
"Konsumen terpapar ratusan pesan iklan setiap hari dan tak dapat
memerhatikan semua," tambah mereka. Bukannya memperhatikan pesan makan
lebih sehat dari radio, peneliti menduga mereka justru tanpa sadar fokus pada
kata "lemak" dan manis".
Sampel penelitian ini kecil dan peneliti mengakui mereka tak mampu meneliti
faktor-faktor lain terkait kebiasaan makan dan preferensi seperti usia dan
jenis kelamin. Namun studi ini memberikan wawasan adanya isyarat yang tak kita
sadari mempengaruhi makanan pilihan kita sendiri.
(Dhorothea/Kompas Health. Sumber: TIME)
0 komentar :
Posting Komentar