Pulau Sumatra, tempat April beroperasi, telah kehilangan 75% hutannya sebagian besar karena produksi minyak sawit.
Perusahaan produsen bubur kertas dan kertas asal Indonesia menyatakan telah
berhenti menebangi hutan. Meski demikian, upaya melawan penggundulan hutan
masih jauh dari sukses.April, nama perusahaan tersebut, mendapat konsesi lahan hutan seluas satu
juta hektare. Namun, melalui sebuah kebijakan, mereka akan memberikan 480.000
hektare untuk pelestarian hutan. Kini, dari komitmen itu, sedikitnya 250.000
hektare telah dilestarikan.
Kelompok penggiat lingkungan Greenpeace menyebut perusahaan itu sebagai
"pahlawan" dan berjanji akan mengawasi penetapan kebijakan baru itu.
Padahal, ketika kebijakan itu diluncurkan pada tahun lalu, berbagai kelompok
lingkungan termasuk Greenpeace mengatakan langkah itu "terlalu sedikit dan
terlalu telat".
Bahkan, awal tahun ini, Greenpeace merilis foto-foto penebangan hutan dan
pengeringan lahan gambut oleh anak perusahaan April dan menyandingkannya dengan
kompetitor terbesar April, yaitu Asia Pulp & Paper yang telah berkomitmen
untuk berhenti mengambil bahan-bahan dari hutan alam sejak 2013.
Aktivis hutan dari Greenpeace Indonesia, Bustar Maitar, mengatakan dukungan
kelompoknya bagi kebijakan baru perusahaan itu bukan harga mati.
"Kami mempertaruhkan kredibilitas Greenpeace untuk memastikan penetapan
kebijakan ini. Bila suatu saat nanti April melanggar komitmen mereka,
Greenpeace tidak akan ragu untuk menarik kembali dukungannya. Kami hanya ingin
memastikan tidak akan ada lagi penebangan hutan alam," kata Bustar.
0 komentar :
Posting Komentar