THE ONLY WAY
To Do Great Work
Is To Love, What You Do.
Home » , » Fosil Sperma Cacing Berusia 50 Juta Tahun Ditemukan di Antartika

Fosil Sperma Cacing Berusia 50 Juta Tahun Ditemukan di Antartika

Written By Unknown on 12 Jun 2016 | 18.47

Karena sel sperma begitu singkat masa hidupnya dan rapuh, mereka sangat langka ditemukan dalam catatan fosil

Para ilmuwan telah menemukan sel sperma berumur 50 juta tahun. Ini merupakan sel sperma tertua yang pernah ditemukan. Spesimen tersebut berasal dari spesies cacing Antartika yang punah, dan ditemukan dalam fosil kepompong fosil yang berpintal untuk tujuan seks.

Temuan yang secara rinci dijabarkan dalam edisi terbaru jurnal Biology Letters ini merupakan salah satu dari sedikit contoh di mana fosil sel-sel sperma yang pernah ditemukan.

"Karena sel sperma begitu singkat masa hidupnya dan rapuh, mereka sangat langka ditemukan dalam catatan fosil," kata penulis studi pertama Benjamin Bomfleur, seorang ahli paleontologi di Swedish Museum of Natural History (SMNH) di Stockholm.

Salah satu anggota tim Bomfleur, Thomas Mors, yang juga di SMNH, tanpa sengaja menemukan fosil saat memilah-milah sampel batuan dari Antartika untuk mencari sisa-sisa hewan kecil. Saat tengah memilah, Mors menemukan fosil kepompong ulat. Setelah dilihat lebih dekat menggunakan mikroskop electron, terungkap adanya banyak sel sperma yang terperangkap.

Dengan membandingkan karakteristik fisik fosil sperma dengan cacing hidup, tim menyimpulkan bahwa sel sperma tersebut milik Annelida, kelompok hewan yang di dalamnya termasuk cacing tanah dan lintah. Secara khusus, sperma fosil memiliki kemiripan dengan sperma cacing lobster modern, makhluk seperti lintah kecil yang hidup di kulit lobster dan memakan bahan organik mati.
"Anehnya, cacing lobster modern hanya dikenal dari belahan bumi utara," kata rekan penulis Steve McLoughlin, seorang kurator senior di SMNH. "Jika identifikasi kami benar maka itu berarti bahwa kelompok hewan memiliki jangkauan geografis yang jauh lebih besar (saat 50 juta tahun yang lalu) daripada saat ini."

Sebuah penyelidikan dari morfologi sperma fosil bisa mengungkapkan rincian lainnya tentang evolusi kelompok hewan milik cacing lobster, kata Renate Matzke-Karasz, seorang ahli geobiologi di Ludwig Maximilian University of Munich di Jerman. "Penelitian ini menunjukkan bahwa ada begitu banyak hal untuk dideteksi dalam fosil dunia mikro. Kita hanya perlu melihat dengan benar," kata Matzke-Karasz, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Karena kepompong Annelida membutuhkan waktu beberapa hari untuk mengeras, para ilmuwan berpikir organisme mikroskopis lain juga bisa terjebak dalam dinding kepompong. "Kami memiliki koleksi fosil kepompong dari beberapa bagian lain dari dunia yang akan kami selidiki di masa depan untuk melihat apakah mereka juga mengandung sel sperma atau mikro-organisme terperangkap lainnya," kata McLoughlin.

Michael Archer, seorang ahli paleontologi di University of New South Wales di Australia, setuju bahwa kepompong Annelida bisa menjadi tempat yang sangat baik untuk mencari sel-sel fosil. Tahun lalu, tim Archer menemukan sperma udang kecil berumur 17 juta tahun dalam sebuah gua di Queensland. Sel-sel sperma memiliki sel inti yang telah menjadi fosil dan memiliki struktur subselular lainnya. Archer berpikir hal sama mungkin terjadi pada fosil sperma Annelida yang baru ditemukan.

"Akan sangat menarik untuk melihat apakah sel-sel sperma Annelida ini diawetkan dalam kepompong juga mengandung struktur subselular," kata Archer.

"Sebuah dunia informasi baru tentang masa lalu yang menunggu untuk diungkapkan oleh penelitian sejenis dan lebih lanjut dari yang dilakukan oleh Bomfleur dan rekan-rekannya," pungkas Archer.


(Ker Than/Nationalgeographic.com)
SHARE

About Unknown

0 komentar :

Posting Komentar