Para ilmuwan telah menemukan sel sperma
berumur 50 juta tahun. Ini merupakan sel sperma tertua yang pernah
ditemukan. Spesimen tersebut berasal dari spesies cacing Antartika yang
punah, dan ditemukan dalam fosil kepompong fosil yang berpintal untuk
tujuan seks.
Temuan yang secara rinci dijabarkan dalam edisi terbaru jurnal
Biology Letters ini merupakan salah satu dari sedikit contoh di mana fosil sel-sel sperma yang pernah ditemukan.
"Karena
sel sperma begitu singkat masa hidupnya dan rapuh, mereka sangat langka
ditemukan dalam catatan fosil," kata penulis studi pertama Benjamin
Bomfleur, seorang ahli paleontologi di Swedish Museum of Natural History
(SMNH) di Stockholm.
Salah satu anggota tim Bomfleur, Thomas
Mors, yang juga di SMNH, tanpa sengaja menemukan fosil saat
memilah-milah sampel batuan dari Antartika untuk mencari sisa-sisa hewan
kecil. Saat tengah memilah, Mors menemukan fosil kepompong ulat.
Setelah dilihat lebih dekat menggunakan mikroskop electron, terungkap
adanya banyak sel sperma yang terperangkap.
Dengan membandingkan karakteristik fisik fosil sperma dengan cacing hidup, tim menyimpulkan bahwa sel sperma tersebut milik
Annelida,
kelompok hewan yang di dalamnya termasuk cacing tanah dan lintah.
Secara khusus, sperma fosil memiliki kemiripan dengan sperma cacing
lobster modern, makhluk seperti lintah kecil yang hidup di kulit lobster
dan memakan bahan organik mati.
"Anehnya, cacing lobster modern
hanya dikenal dari belahan bumi utara," kata rekan penulis Steve
McLoughlin, seorang kurator senior di SMNH. "Jika identifikasi kami
benar maka itu berarti bahwa kelompok hewan memiliki jangkauan geografis
yang jauh lebih besar (saat 50 juta tahun yang lalu) daripada saat
ini."
Sebuah penyelidikan dari morfologi sperma fosil bisa
mengungkapkan rincian lainnya tentang evolusi kelompok hewan milik
cacing lobster, kata Renate Matzke-Karasz, seorang ahli geobiologi di
Ludwig Maximilian University of Munich di Jerman. "Penelitian ini
menunjukkan bahwa ada begitu banyak hal untuk dideteksi dalam fosil
dunia mikro. Kita hanya perlu melihat dengan benar," kata Matzke-Karasz,
yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
Karena kepompong
Annelida
membutuhkan waktu beberapa hari untuk mengeras, para ilmuwan berpikir
organisme mikroskopis lain juga bisa terjebak dalam dinding kepompong.
"Kami memiliki koleksi fosil kepompong dari beberapa bagian lain dari
dunia yang akan kami selidiki di masa depan untuk melihat apakah mereka
juga mengandung sel sperma atau mikro-organisme terperangkap lainnya,"
kata McLoughlin.
Michael Archer, seorang ahli paleontologi di University of New South Wales di Australia, setuju bahwa kepompong
Annelida
bisa menjadi tempat yang sangat baik untuk mencari sel-sel fosil. Tahun
lalu, tim Archer menemukan sperma udang kecil berumur 17 juta tahun
dalam sebuah gua di Queensland. Sel-sel sperma memiliki sel inti yang
telah menjadi fosil dan memiliki struktur subselular lainnya. Archer
berpikir hal sama mungkin terjadi pada fosil sperma
Annelida yang baru ditemukan.
"Akan sangat menarik untuk melihat apakah sel-sel sperma
Annelida ini diawetkan dalam kepompong juga mengandung struktur subselular," kata Archer.
"Sebuah
dunia informasi baru tentang masa lalu yang menunggu untuk diungkapkan
oleh penelitian sejenis dan lebih lanjut dari yang dilakukan oleh
Bomfleur dan rekan-rekannya," pungkas Archer.
(Ker Than/Nationalgeographic.com)
0 komentar :
Posting Komentar