THE ONLY WAY
To Do Great Work
Is To Love, What You Do.
Home » , , » Apa Sebenarnya Kabut yang Menghiasi Pluto?

Apa Sebenarnya Kabut yang Menghiasi Pluto?

Written By Unknown on 6 Des 2015 | 17.31

Kabut itu adalah atmosfer yang menyelimuti Pluto dan tampak bersinar oleh sinar Matahari yang dihalangi Pluto.


Tak ada perjumpaan yang tak berakhir. Itu juga yang terjadi dalam perjalanan New Horizons. Bahkan saat tulisan ini dibuat, New Horizons sudah cukup jauh meninggalkan Pluto. Jarak 15 juta km bukan jarak yang dekat bukan?
Perjumpaan singkat itu bahkan hanya mengizinkan Wahana Antariksa dari Bumi itu berpapasan dengan Pluto. Tapi bahkan dengan berpapasan pun ada banyak kisah yang diceritakan bagi penduduk Bumi. Kisah tentang sebuah dunia beku yang selama ini penuh misteri akan segera berubah. Bahkan akan ada buku-buku baru dengan revisi cerita tentang Pluto.
Dan kisah itu belum usai meski salam perpisahan sudah disampaikan.
New Horizons memotret Pluto dari jarak 370 ribu km dan 2 juta km yang membuat semua orang di Bumi terpana! Wajah Pluto dari sisi lain. Sisi yang tidak menerima sinar Matahari. Sisi malam dari dunia beku di tepi Tata Surya berhasil dipotret oleh New Horizons aimed its Long Range Reconnaissance Imager (LORRI)
Dalam foto ini Pluto tampak spektakuler karena wajah gelapnya berhiaskan cincin kabut yang bersinar dengan indahnya. Kabut itu adalah atmosfer yang menyelimuti Pluto dan tampak bersinar oleh sinar Matahari yang dihalangi Pluto. Spektakuler! Indah! Cantik!
Lapisan kabut yang melingkari Pluto tersebut tampak melebar sampai dengan ketinggian 130 km di atas permukaan Pluto. Hampir lima kali lebih tinggi dari dugaan para astronom yakni 30 km di atas permukaan.  Kabut yang melingkari Pluto memperlihatkan 2 lapisan berbeda. Lapisan pertama berada pada ketinggian 50 km dan yang kedua pada ketinggian 80 km.
Dan untuk pertama kalinya, prakiraan cuaca di Pluto bisa dibuat. Cuacanya: Berkabut, dingin dan kelembaban sangat rendah!
Ada yang menarik dari kisah atmosfer di Pluto. Tahun 1989, Pluto berada pada titik terdekatnya dengan Matahari dan semenjak itu ia kembali menjauh untuk memulai perjalanan 248 tahunnya untuk kembali ke titik terdekatnya itu. Saat Pluto menjauh, seharusnya atmosfernya membeku dan runtuh ke permukaan. Pada kenyataannya dalam beberapa dekade terakhir atmosfer Pluto justru semakin rapat. Jelas kalau hasil pengamatan para astronom bertentangan dengan teori yang ada. Atmosfer yang didominasi nitrogen seharusnya membeku dan turun ke permukaan Pluto saat ia menjauh dari Matahari.
SHARE

About Unknown

0 komentar :

Posting Komentar